Selasa, 22 Januari 2013

Mengapa Harus Bersyukur?

Scene I:
"Mak, sik iki yo.." kata anak perempuan kecil itu pada Ibunya. "aku si iki yo mak..." kata mas-nya si anak perempuan tadi. Ibunya masih diam bergeming sambil melihat makanan yang lain. Lama Ibunya tidak merespon, akhirnya si sulung menyadari dan mengambil pilihan lain, "yo wis sik iki wae mak, regane sewu lho..." sambil berkata menyerah.

Melihat kakaknya, anak perempuan itu ikut mencari pilihan lain, "aku iki wae mak, iki regane sewu yo'an..." rengek si bungsu. Si Ibu tetap diam, aku yang di sampingnya mengambil kopi tidak jadi beranjak. Aku menoleh dan Ibunya juga menoleh, aku palingkan wajah dan pura-pura masa bodo agar tidak merasa dilihat. Akhirnya si Ibu melihat pilihan anak-anaknya sambil melihat harga dan mencari yang lain. Anak sulung menyadari snack seharga seribu terlalu mahal dan menunggu Ibunya memilih. Akhirnya tepat pilihan Ibunya dan bungsu mengambil pilihan itu, "yo wis ra popo regane nem-atus". Deg, rasanya nyeseg.. Dan bungsu pun tetap pada pendiriannya meminta snack seharga seribu, saya pikir itu hal yang biasa untuk anak bungsu yang kadang memaksakan kehendak dan orang-orang sering mengatakan 'manja'.

Ya Alloh, sering kali aku mengeluh atau merasa kekurangan, padahal rezeki yang Engkau berikan selalu tepat sesuai ukuran. Anak kecil itu mungkin masih merasa tidak adil ketika mereka selalu melihat televisi dengan suguhan makanan anak-anak yang menggoda tetapi mereka harus menahan nafsu mereka karena kondisi keuangan orang tua. Tidak salah kan Ibu itu? :) Tidak mungkin pula aku langsung mengambil pilihan mereka untuk dibayar, meskipun kalau dua atau lima ribu untuk mereka masih mampu insya Alloh..

Akhirnya aku berlalu pergi meninggalkan mereka dalam perdebatan memilih makanan ringan. Ayah mereka menunggu di rumah untuk melihat belanjaan mereka dan merasa bangga dapat membelikan barang dan makanan untuk keluarga. Sang ayah pasti juga menyadari bahwa dia belum mampu membelikan sesuatu yang membahagiakan anak-anaknya. Tapi, dia cukup bersyukur memiliki istri yang lihai mengatur keuangan rumah tangga.

Scene II:
Entah kapan saat itu, mungkin saat aku masih SMA. Cuaca udara sangat panas dan seperti biasa aku beli es campur di depan rumah. Aku bukan orang yang mudah makan apapun alias milih-milih makanan, sudah sejak kecil. Saat itu Ibu masak sayur apa gitu yang aku tidak terlalu suka dan 'hanya' dengan lauk tempe sisa jualan. "Bu, kog sayure niki meleh, lawuh liyane mboten wonten tho?" tanyaku dan jujur agak kesal saat itu.

Ibu membuka percakapan dengan menjawab, "Kuwi wae kudu mbok syukuri wi..wi... Wong Jati (Jati nama salah satu daerah di tempatku) kae lho tuku tempe saben dino gur sewu". Seribu tempe saat itu dapat tujuh bungkus kecil tempe kalau tidak salah. "Aku takon, 'kog aben dino tuku tempe sewu tho nduk? Jangane opo?'". Masih dalam kata-kata Ibuku bilang, "Lha nggih tempe niku Buk mpun dadi jangan kaliyan lawuh. Mengke dimasak oseng tempe, pun dingge lawuh kaliyan jangan. Yen ngono kuwi piye nduk?".

Aku terdiam dalam pikir, sambil makan yang memang aku tidak terlalu suka sayurnya. Hanya saja Alloh kasih aku lagi kesempatan untuk bersyukur. Alhamdulillaah...

Kesederhanaan ini sering kali membuat hati tenang...

Terima kasih Bapak Ibu. Tak mampu mengukur cinta ini karena keinfinitannya... :)
#1st room, kamar bocor harus ngungsi, bersyukur....
posted from Bloggeroid

Tidak ada komentar: