Jumat, 27 Januari 2012

Dia Yang Terbaik Bagiku

Bapak, ayah, abi, otosan, tergambar sesosok galak, tegas, suka ngatur, dingin. Tapi, tidak denganku.. Bapak adalah sosok yang tak pernah marah sama sekali, yang tak pernah berkata kotor meski hanya sekali, yang selalu mengajak bercanda, yang sering menawarkan berbagai makanan yang mau dibeli untukku, yang suka membanggakan anaknya. Dia yang membuatku waktu kecil belum bisa tidur jika dia belum pulang dan meninabobokkan, bercerita dongeng dan menyanyi untukku. Dia yang dari sejak kecil aku mengamati dan mengakui bahwa bapak adalah orang yang paling ganteng diantara bapaknya temen2ku. ^^ Dia yang selalu membangunkan shalat malam dan tak pernah meninggalkan puasa senin kamis.. Dia yang bijaksana, pekerja keras, halus tetapi tegas, yang menggunakan sabar sebagai pakaiannya...

Setiap pulang dari kantor seringkali membawakan makanan khusus untukku. Saat rapat kantor, dia tidak pernah memakan bagiannya dan ia bawa pulang untukku. Hingga sekarang ketika jalan bareng masih selalu menawarkan jajan, tapi aku menggeleng dan mengatakan "aku masih kenyang". Ketika dia menelponku, kata yang pertama diucapkan usai salam "halo, ini dengan siapa ya?? Maaf mbak salah sambung...". Dia selalu bilang, "banyaklah bergaul dengan teman - teman dan berbuat baiklah dengan mereka". Teman - teman terdekatku dihafalnya dan mereka selalu bilang bahwa mereka sangat iri. "Nyari dewi mbak, dia baru aja keluar soalnya tadi ditunggu lama banget. Coba kamu telpon dulu, udah disms belum?" katanya saat temen2 pada datang. "Tadi udah janjian Pak, katanya mau nungguin. Ya udah saya coba telpon dulu Pak" -kena perangkap-. Dan aku di dalam kamar ketawa cekikikan.

Aku tak pernah melihatnya marah sama sekali. Saat aku berbuat kesalahan, maka aku hanya bisa menangis karena malu, padahal ia belum berkata satu patah kata pun. Suatu kali saat kecil aku berkata kasar, dia hanya diam dan aku tersadar "mengapa kau berkata kasar sedang bapak tidak pernah berkata kasar sama sekali?", lagi - lagi aku dibuatnya malu sendiri. Sejak saat itu, kata - kata itu tidak pernah aku ucapkan.

Dia yang demokratis memintaku memilih jalanku sendiri asalkan aku bertanggung jawab penuh atas jalan yang aku pilih. Dia yang mendukungku mendalami agama saat ibu' belum mengkhawatirkanku. Dia yang mendukung mengenakan jilbab saat dulu ibu' masih melarangku. Dia yang tidak marah sama sekali saat aku diam - diam mengikuti tes dan diterima di universitas mahal. Saat itu aku hanya menangis mengatakannya dan bilang "aku tidak akan mengambilnya karena biaya yang mahal". Dia tegas berkata, "kamu akan sekolah di sana, aku yang akan membiayai semua yang kamu butuhkan". Air mataku semakin meledak bak bendungan yang sudah tak mampu menampung air hujan.

Dia yang selalu membuatku tersenyum, yang suka mendengarkan ceritaku. Saat pulang ke rumah, cerita sana - sini siap ia dengarkan dan ibu' dari dapur berkata "Ada siapa itu kog berisik banget?" sambil menghampiri ikut nimbrung mendengarkan ^^. Dia tegar di tengah masalah keluarga, ada kalanya badai pasti menimpa seluruh keluarga dan dia hanya bilang, "Sabarlah..". Ya, dia jarang sakit karena hatinya lapang...

Dia mengajarkan kemandirian, tak pernah menemani kemanapun aku pergi setakut apapun diriku...

Beberapa waktu yang lalu dadaku sesak dibuatnya, ia minta aku bercerita tugas akhir yang sedang aku kerjakan. Aku bilang "aku pusing, aku kesal dengan seseorang yang meremehkan kerjaku, aku marah - marah" dan dia bilang "Astaghfirullah...." lalu beranjak pergi. Saat itu aku tidak berani lagi marah - marah dengan orang yang sempat membuatku kesal, siapapun itu. Ia membuatku malu pada diri sendiri...

Dalam do'a lirihnya aku mendengar, cukup membuatku gagal membendung air mata.. Ya Alloh, aku mencintainya.... Dan aku sadar kebahagiaan sejati buatku adalah karena aku memilikinya sebagai ayah... Alhamdulillaah.... 
Izinkan aku menjadi seseorang yang terbaik buatmu dan menjadi kebanggaanmu sebagai anakmu... Ya Alloh lindungilah ia, berkahilah ia, panjangkanlah umurnya, dan jagalah ia dalam ketaatan kepada-Mu...

*lepas malam saat kerinduan menyelimutiku, ingin pulang dan bercanda lagi denganmu.. Ibu, jagalah Bapakku.. Bapak, jagalah Ibuku.... :) Semoga Alloh menjagamu dalam sehat, iman, dan ikhlas... Aku bangga memiliki kalian...