Minggu, 13 November 2011

It's Difficult but Alloh Made it easy

Saat itu, aku sudah lupa tanggal berapa. Aku hanya terus mengikuti kata hati, do all my best, finished my paper! I don't think anything about releasing to go to Japan or not. I just follow my heart...

Lagian klo misalkan aku mau berangkat ke sana untuk mempresentasikan tetesan peluhku dapat uang dari mana?? Ingat sekali bagaimana aku dan devy (partner pergi ke negeri Sakura) membuat proposal dan menyelesaikan paper, devy harus nginep setiap malam dan mungkin sampai dua pekan di pondok Nabila, kediamanku selama di Jogja. Bukan hal yang mudah, kadang mataku ga bisa diajak kerja sama untuk menyelesaikan semua dan aku tertidur lebih awal. Di hari yang lain, devy yang tertidur dan aku bergadang menyelesaikan yang aku bisa. Tapi, tak jarang juga kita malah tertidur dan tak menghasilkan apa - apa karena kita sudah kecapekan di siang harinya.

TRAGEDI I: ANTARA DEVY DAN WADEK MIPA
Pengerjaan proposal tidak hanya dibuat di sela - sela waktu kuliah dan skripsi, tetapi kita juga mengurus paspor ke kantor imigrasi Surakarta dan memaksa kami bolak - balik Solo - Jogja selama tiga kali.Karena tak mungkin aku yang memboncengkan devy, maka selama tiga kali pulang - pergi itu devy harus memboncengkan aku di belakangnya. Rasanya udah ga enak banget ngrepotin, tapi aku salut dengannya yang sepertinya tidak memiliki rasa capek. Hmmm... apa karena dia bergolongan darah O tidak mudah capek dan aku bergolongan darah AB yang mudah capek ketika banyak aktivitas. "Dev, gpp nih kamu boncengin aku bolak - balik terus? Ga berat?" tanyaku ga enak. Setiap kali ngurus paspor adalah jadwal kuliah pak Edi, tetapi kita sudah merencanakan bisa mengikuti. Perjalanan ke Solo membutuhkan waktu 1,5 jam, setiap kali ngurus paspor kira - kira hanya butuh 30 - 60 menit dan balik lagi ke Jogja 1,5 jam, total kira - kira 4 jam. Klo aku berangkat jam 9, maka estimasi sampai Jogja lagi sekitar jam 13, insya Alloh masih cukup ngejar waktu kuliah. Devy jawab pertanyaanku dengan santai, "Yaelaah emang beratmu seberapa dew? Lagian aku kan ga nanggung beban beratmu, yang nanggung nih motor, gimana nih Fisikanya?". "Hehe, iya sih Dev, tapi kan aku ga enak..." jawabku sambil krik2 banget. - -"

Setelah proposal supporting grant selesai, tantangan tak cukup sampai di sini. Saat itu panitia hanya membutuhkan revisi extended abstract, jadi kita tidak membuat papernya sampai akhir, apalagi saat itu senseiq (baca: Prof. Kamsul Abraha) sering dinas ke luar kota. Sesampainya di fakultas, kita harus berhadapan dengan Wakil Dekan Bidang Akademik yang tidak mengizinkan kita untuk memberi dana bantuan keberangkatan ke Jepang. Prosesnya sangat rumit dan kami sempat bersitegang dengan beliaunya.

Tidak mau terlalu pusing dengan urusan birokrasi fakultas yang ribet dan membuat putus asa, maka kita sambi dengan mengurus paspor yang pasti butuh waktu lama juga untuk mengurusnya. Saat itu pagi hari dan hari pertama kita mau membuat paspor, bertepatan pula hari pertama kuliah. Saat itu kita ada kuliah Komputasi Fisika (sebelum dibatalkan), awalnya kami udah niat mau ikut. Namun, karena kebutuhan paspor mendesak dan aku lupa bawa kartu keluarga dan akta kelahiran sebagai syarat untuk membuat paspor, maka kita putuskan saat itu juga segera meluncur ke Solo dan Karanganyar. 

Di pertengahan Solo - Jogja, temenku Fika tiba - tiba sms, "Wi, telpon aku sekarang, penting". Singkat tapi cukup membuat penasaran dan sedikit cemas dengan sms itu, khawatir ada sesuatu yang sangat penting. Kebetulan saat itu kita sedang di lampu merah, "Dev, ni fika sms minta ditelpon sekarang katanya penting, nanti berhenti dulu ya.." kataku mengabarkan ke Devy. "Oya, ada apa ya? Jangan2 ada kaitannya dengan kuliah komputasi?" kata devy. 

Setelah menepi..
"Iya fik, ada apa?" tanyaku buru - buru. "Ini wi, sekarang kan kuliahnya komputasi, baru saja Wadek (pake title beliau aja ya, bukan namanya... ^^) membatalkan kuliah komputasi. Beliau marah besar, bla..bla..bla..." jelas Fika dengan buru - buru. "Astaghfirullaah..dibatalin fik???" teriakku kaget dan mencoba ngertiin perasaan devy. Saat itu devy sangat kaget dan berusaha menenangkan diri. "Oke makasih ya Fika..." tanyaku menutup. Iya dev, tadi katanya bla..bla..bla... Ga perlu dijelaskan ya,,,, :) Intinya, aku dan devy kemarin udah getol - getolan dan ngeyel untuk tetap mempresentasikan paper ke Jepang, sekarang Devy harus berhadapan kdengan kemarahan beliau karena kasus komputasi. Pengadaan kuliah komputasi yang mengusulkan devy dan kegetolan kemarin dengan beliau juga lebih banyak yang bicara devy.. Jadi..... "Dew, kamu mau ga habis ini, nanti siang ta'ajak menghadap beliau dan memberikan penjelasan kenapa kita ga ikut kuliah pagi ini sekaligus melobi" kata devy. "Hwaa.... ya gpp dev..." kataku meski aku juga takut sih... Tapi, setelah diobrolin sepanjang jalan, akhirnya kita tertawa terus memikirkan dan membicarakan kegilaan yang sedang terjadi diantara kita, khususnya Devy vs Wadek. Ckckckck....

Dengan pasang muka tembok, setelah sampai di Mipa lagi, kita langsung menemui beliau. Akhirnya mendapat ceramah yang tak kalah seru dari pelobian kita. Bla..bla..bla... Finally, kuliah komputasi fisika tetap ditiadakan. Tetapi, paper kita tetap diperjuangkan... ^^

Ternyata dari masalah rumit yang ada, yang dibutuhkan beliau adalah lampiran paper (bukan extended abstract) yang telah ditandatangani oleh Prof. Kamsul sebagai bukti bahwa dosen pembimbing telah setuju paper dipublikasikan dan telah mengoreksinya. Namun, untuk memahami maksud beliau itu kami membutuhkan waktu satu pekan untuk berpikir dan berkali - kali mengganti abstract plus membuat paper seadanya dulu. Padahal acc fakultas sangat kami butuhkan saat itu secepatnya untuk menyebar proposal dan mencari visa sambil nunggu paspor jadi.

Suatu hari aku dan devy mengejar sensei yang mau bertugas ke Manado - Makassar - Jakarta. Waktu itu beliau akan berangkat ke Jakarta pukul 07.00 sedangkan kami harus segera mengurus jika memang mau mengejar pembuatan visa yang butuh waktu kira - kira satu pekan dan menyiapkan berkas - berkasnya satu pekan juga. Akhirnya nekat kami mendatangi rumah beliau pukul enam pagi dan secara halus sepertinya kami memaksa beliau untuk menandatangani paper yang sudah kami kerjakan dan untuk revisinya beliau akan mengirimkannya ke email. Beliau mendukung penuh, yang penting ini diajukan untuk mendapatkan acc dari fakultas dulu. Alhamdulillaah sensei tanda tangan... ^^

Setelah itu aku segera merevisi lagi paper yang tadi sudah dikoreksi dan membuahkan hasil tulisan sebelumnya tentang Plagiarisme. Huft, semua dilalui dengan penuh harap - harap cemas, tapi Alloh terasa begitu dekat dengan hamba - hambaNya yang tak lelah untuk berikhtiar meski raganya sudah merasa di puncak kelelahan. Setelah getol melobi fakultas, akhirnya tanda tangan wadek pun dengan cantiknya menghiasi proposal dan surat permohonan kami [lebay dikit... ^^]. Horee... alhamdulillaah Alloh kasih rezeki, supporting grant buat kita berangkat.. Lumayan lah.... :)

TRAGEDI II: STASIUN LEMPUYANGAN
Selanjutnya, naik ke universitas... Sesampainya di universitas ternyata Kepala Dirmawa sedang rapat sampai nanti sore jam 16. Subhanalloh... Padahal dua tiket kereta sudah di tangan, kereta Progo berangkat pukul 15.45 dari stasiun Lempuyangan menuju Pasar Senen. "Terpaksa kita harus menunda keberangkatan ke Jakarta untuk nyebar proposal dew.." kata devy lemes. "Iya dev, sayang uang kita 70rb melayang.. Ya udah deh gpp, aku telpon bulik dulu klo ga jadi ke Jakarta. Klo misal berangkat sekarang sepertinya aku juga udah lemes banget" jawabku tak kalah lemes kayak devy. "Eh, kita nanti sore jualan tiket kita aja ke penumpang yang udah kehabisan tiket. Gpp yang penting kan kita bukan calo" kata devy tiba - tiba dengan ide gilanya. "Haaahhh... ga mau, maluu...." kataku. "Ih gpp tau, kita nanti nyari orang yang di depan penjualan tiket dan kita nyari orang yang udah kehabisan" jawabnya. "Ya udah klo gitu, kita ke sana sekarang? Gpp lah nanggung malu, toh mereka juga ga kenal kita dan mereka akan terbantu dengan tiket kita, hahaha" kataku tertawa melepas kepenatan siang yang panas itu bareng devy.

Sekitar pukul 14 aku dan devy sudah sampai di stasiun Lempuyangan.
Krik...krik.... ternyata tidak seperti yang dibayangkan. Orang - orang penuh dan kita tidak tahu mana yang sedang kebingungan mencari tiket. Waktu itu H+2 pekan lebaran kalau tidak salah, tetapi masih tetap penuh arus balik ke Jakarta. Di tengah - tengah kita mencari orang - orang yang butuh banget tiket kereta tiba - tiba, "Haaahhhh... dew......" kata devy kaget. "Ada apa dev?" tanyaku penasaran dan cemas. "Haahh aku baru inget tiket keretanya ketinggalan di kos-an..." katanya. "Haahhhh??????" teriakku kaget... Setelah itu kami tertawa lepas di tengah keramaian orang. Hahahahahaha.... Gubrak! Hal bodoh yang pernah aku lakukan dengan sohibku di tengah manisnya perjuangan menuju negeri impian.


TRAGEDI III: OLEH2 BUAT BULIK
"Dew, ntar malem aku mabit di tempatmu lagi ya buat ngerapiin proposal ita lagi" kata devy. "Boleh.. oya dev aku baru inget, kita kan udah beli oleh2 juga buat bulikku... Huhuhu, banyak banget mau kita apain" kataku. "Hahaha, oiya ya.. Ya udah ditaruh di freezerku aja" katanya. "Oiya, ya udah deh nitip ya..." kataku tapi dalam hati masih agak ragu.

Hari kedua devy mabit di kosku, dia kuminta untuk membawa oleh2 yang kemarin dibeli sembari menghabiskan dari pada nanti busuk dan mubadzir. Duuh banyak banget lagi, semua manis. Meski aku paling doyan makanan manis, tapi klo sebanyak itu rasanya neg juga kan... Setelah kira - kira hari ke-4 devy masih mabit di kosku setiap malam dan kuminta membawa bakpia pathuk ke kos buat dihabiskan. Feelingku ga enak, tapi devy meyakinkan klo gpp karena udah masuk freezer. 

Saat kami buka dan mau dimakan, "Hwaaa.... udah menjadi berwarna hijau sebagian.....huhuhu, sayang sekali...." kataku. "Eh coba dulu, kayaknya masih enak kog... Cobain deh..." kata devy sambil makan. "Tuh masih enak kan, ini kayaknya bukan jamur, memang ini kan kacang hijau jadi warnanya hijau. Emang sih harusnya warnanya hitam kayak dulu yang aku beli. Cobain dulu..." tambahnya. Terbujuk juga dengan desakan devy dan memakan bakpia yang telah berwarna hijau dari warna asli berwarna hitam, "Hwaaa...pahit dev..." teriakku. "Hahahaha... iya sih emang agak pahit, diambil yang ga pahit lah..." kata devy. Hiks..hiks... akhirnya terpaksa juga harus aku makan dan membuat perutku mulai merasakan tanda - tanda keanehan. 

Karena tidak terlalu suka dengan makanan yang udah agak pahit itu, akhirnya yang masih tersisa aku masukkan ke ricecookerku untuk diwarming. Setelah itu aku bungkus semua dan minta devy buat membawa sisanya ke kosnya yang banyak orang. Tragedi ini selesai, entah bagaimana reaksi pencernaan temen2 kos devy, aku lupa menanyakannya.. ^^

to be continued....


*Penghujung senja pondok Nabila, 4th room 
With my spirit, I want to be cheerful person any time... ^^