Jumat, 19 Agustus 2011

Apa itu Lailatur Qodar?

Oleh: Aba AbduLLAAH



“Ya Allah, Sampaikanlah kepada kami malam lailatul Qodar”


 الدَّلِيْلُ عَلىَ مَشْرُوْعِيَّةِ لَيْلَةِ الْقَدَرِ وَبَيَانِ وَقْتِهَا وَمَا يَتَعَلَّقُ بِهَا
“DALIL-DALIL TENTANG DISYARIATKANNYA LAYLATUL-QADAR, PENJELASAN MENGENAI WAKTUNYA DAN HAL-HAL YG BERKAITAN DENGANNYA”

ALLAH berfirman:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ . لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ . تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ . سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al Quran) itu pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin RABB-nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Al-Qodar:1-5)

1. Menghidupkan malam Laylatul Qadar adalah bukti keimanan seseorang :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dari Abu Hurairah ra, bersabda Nabi SAW : “Barangsiapa menghidupkan malam
Laylatul Qadar dengan iman dan mengharap ridho ALLAH SWT maka diampuni dosanya
yang terdahulu.”
(HR Bukhari, I/61, hadits no. 34)

2. Menggapai Laylatul Qadar hendaklah dalam keadaan berpuasa :

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dari Abu Hurairah ra Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa menghidupkan malam Laylatul Qadar dengan iman dan mengharap ridho ALLAH SWT maka diampuni dosanya yang terdahulu, dan barangsiapa berpuasa Ramadhan dlm Iman dan mengharap ridho ALLAH SWT maka akan diampuni dosanya yg telah lalu.” (HR Bukhari, VI/468, hadits no. 1768)

3. Mencari Laylatul Qadar itu pada 10 malam yang terakhir :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَيَقُولُ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Dari Aisyah ra berkata : “Adalah Nabi SAW biasa mencari Laylatul Qadar pd 10
malam yg terakhir.” (HR Bukhari, VII/147, hadits no. 1880)

4. Mencari Laylatul Qadar itu pada 10 terakhir tersebut, terutama pada malam-malam witirnya :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Dari Aisyah ra : “Adalah Nabi SAW mencari Laylatul Qadar pd malam2 witir di 10
hari terakhir.” (HR Bukhari, VII/145, hadits no. 1878)
5. Mencari Laylatul Qadar itu bisa juga pada 7 malam yang terakhir :

أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
Dari Ibnu Umar ra : “Ada beberapa orang laki-laki sahabat Nabi SAW yang bermimpi melihat Laylatul Qadar pd 7 malam terakhir, maka sabda Nabi SAW : Aku juga melihat apa yang kalian mimpikan itu jatuhnya pada 7 malam terakhir, maka barangsiapa yang ingin mencarinya maka carilah pd 7 malam terakhir tsb.” (HR Bukhari, VII/142, hadits no. 1876)

6. Atau juga pada tanggal 23-nya :

أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا وَأَرَانِي صُبْحَهَا أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ قَالَ فَمُطِرْنَا لَيْلَةَ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ فَصَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَانْصَرَفَ وَإِنَّ أَثَرَ
الْمَاءِ وَالطِّينِ عَلَى جَبْهَتِهِ وَأَنْفِه . قَالَ وَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُنَيْسٍ يَقُولُ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ
Dari AbduLLAAH bin Unais ra, bersabda Nabi SAW : “Aku melihat Laylatul Qadar lalu aku dibuat lupa waktunya, dan ditampakkan padaku saat Shubuhnya aku sujud di tanah yang basah, lalu kata AbduLLAAH : Maka turun hujan atas kami pada malam 23, maka Nabi SAW shalat Shubuh bersama kami, lalu beliau SAW pulang dan nampak bekas air dan tanah di dahi dan hidung beliau SAW, lalu dikatakan : Maka AbduLLAAH bin Unais berkata tanggal 23 itulah Laylatul Qadar.” (HR Muslim, VI/80, hadits no. 1997)

7. Hadits paling seringnya tentang Laylatul Qadar adalah tanggal 27 :

فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ :هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا
Berkata Ubay bin Ka’ab ra : “Demi ALLAH yang Tiada Ilah kecuali DIA, sungguh malam tersebut ada di bulan Ramadhan, aku berani bersumpah tentang itu dan demi ALLAH aku tahu kapan malam itu, yaitu malam yang kita diperintah Nabi SAW untuk menghidupkannya yaitu malam 27 dan tanda-tandanya adalah matahari bersinar di pagi harinya dengan cahaya putih tapi tidak menyilaukan.” (HR Muslim, IV/150, hadits no. 1272)

8. Laylatul Qadar itu bisa didapati dalam keadaan jaga maupun dalam mimpi yang benar :

أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ  رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
Dari Ibnu Umar ra : “Ada beberapa orang laki-laki sahabat Nabi SAW yang bermimpi melihat Laylatul Qadar pd 7 malam terakhir, maka sabda Nabi SAW : Aku juga melihat apa yang kalian mimpikan itu jatuhnya pd 7 malam terakhir, maka barangsiapa yang ingin mencarinya maka carilah pada 7 malam terakhir tsb.” (HR Bukhari, VII/142, hadits no. 1876)

9. Laylatul Qadar itu tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak ada angin, tidak hujan :

لَيْلَةُ الْقَدَرِ لَيْلَةٌ بَلْجَةٌ لاَ حَارَةَ وَلاَ بَارِدَةَ ( وَلاَ سَحَابَ فِيْهَا وَلاَ مَطَرَ وَلاَ رِيْحَ ) وَلاَ يَرْمِى فِيْهَا بِنَجَمٍ وَمِنْ عَلاَمَةِ يَوْمِهَا تَطْلُعُ الشَّمْسُ لاَ شِعَاعَ لَهَا
“Pada malam Laylatul Qadar itu tidak panas & tidak dingin, tidak berawan dan tidak hujan dan tidak berangin, tidak juga terang dg bintang2, tanda di pagi harinya adalah Matahari terbit bercahaya lembut.” (HR As-Suyuthi dlm Jami’ Shaghir, di-shahih-kan oleh Albani dlm Shahihul Jami’, XX/175, no. 9603)

10. Tapi kadang-kadang Laylatul Qadar itu disertai juga dengan hujan :

وَقَالَ إِنِّي أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أُنْسِيتُهَا أَوْ نُسِّيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي الْوَتْرِ وَإِنِّي رَأَيْتُ أَنِّي أَسْجُدُ فِي مَاءٍ وَطِينٍ فَمَنْ كَانَ اعْتَكَفَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلْيَرْجِعْ فَرَجَعْنَا وَمَا نَرَى فِي السَّمَاءِ قَزَعَةً فَجَاءَتْ سَحَابَةٌ فَمَطَرَتْ حَتَّى سَالَ سَقْفُ الْمَسْجِدِ وَكَانَ مِنْ جَرِيدِ النَّخْلِ وَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْجُدُ فِي الْمَاءِ وَالطِّينِ حَتَّى رَأَيْتُ أَثَرَ الطِّينِ فِي جَبْهَتِهِ
Dari Abu Said Al-Khudriy ra, bersabda Nabi SAW : “… Aku melihat Laylatul Qadar lalu aku dibuat lupa kapan waktunya, maka barangsiapa yang ingin mencarinya maka carilah pd 10 hari terakhir pada malam-malam witirnya dan aku melihat diriku pada malam tersebut sujud di atas tanah yang basah… Maka kami kembali dan kami tidak melihat ada awan di langit, maka tiba-tiba ada awan dan turun hujan sampai airnya menembus sela-sela atap masjid yang terbuat dari pelepah Kurma, maka aku melihat Nabi SAW sujud di atas tanah yang basah, sampai  kulihat bekas tanah yang basah itu di dahi beliau SAW.” (HR Bukhari, VII/174, hadits no. 1895)

12. Pagi hari setelah Laylatul Qadar cahaya Matahari putih tapi tidak silau :

فَقَالَ أُبَيٌّ وَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ إِنَّهَا لَفِي رَمَضَانَ يَحْلِفُ مَا يَسْتَثْنِي وَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْلَمُ أَيُّ لَيْلَةٍ هِيَ هِيَ اللَّيْلَةُ الَّتِي أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقِيَامِهَا هِيَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِي صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لَا شُعَاعَ لَهَا
Berkata Ubay bin Ka’ab ra : “Demi ALLAH yang Tiada Ilah kecuali DIA, sungguh malam tersebut ada di bulan Ramadhan, aku berani bersumpah tentang itu dan demi ALLAH aku tahu kapan malam itu, yaitu malam yg kita diperintah Nabi SAW untuk menghidupkannya yaitu malam 27 dan tanda-tandanya adalah Matahari bersinar di pagi harinya dengan cahaya putih tapi tidak menyilaukan.” (HR Muslim, IV/150, hadits no. 1272)

13. Laylatul Qadar hanya bermanfaat bagi orang yg Iman & Mengharap Ridho ALLAH SWT :

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَيُوَافِقُهَا أُرَاهُ قَالَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa yg bangun saat Laylatul Qadar lalu pas melihatnya, lalu sabda Nabi SAW : Dan orang tsb beriman dan mengharap ridho ALLAH SWT maka diampuni dosanya yg telah lalu.” (HR Muslim, IV/147, hadits no. 1269)

14. Saat Laylatul Qadar Malaikat yang turun ke bumi lebih banyak dari Kerikil :

لَيْلَةُ الْقَدَرِ لَيْلَةٌ سَابِعَةٌ أَوْ تَاسِعَةٌ وَعِشْرِيْنَ ، إِنَّ الْمَلاَئِكَةَ تِلْكَ اللَّيْلَةُ فِي الأَرْضِ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ الْحَصَى
Bersabda Nabi SAW : “Laylatul Qadar itu pada malam 27 atau 29, sungguh Malaikat yang turun pada saat itu ke bumi lebih banyak dari jumlah batu kerikil.” (HR Thayalisi dlm Musnad-nya no. 2545; juga Ahmad I/519; dan Ibnu Khuzaimah dlm shahih-nya II/223)

15. Apakah doa yang paling baik dibaca saat Laylatul Qadar?

وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللهُ عَنْهَا قَالَتْ : قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيْ لَيْلَةَ الْقَدَرِ مَا أَقُوْلُ فِيْهَا ؟ قَالَ : ” قُوْلِي : الَّلهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Dari Aisyah ra : Wahai RasuluLLAAH, menurut pendapatmu jika aku tahu bhw malam terjadinya Laylatul Qadar, maka doa apa yg paling baik kuucapkan? Sabda Nabi SAW : “Ucapkanlah olehmu, Ya ALLAH sesungguhnya ENGKAU adalah Maha Pemaaf, mencintai orang yg suka memaafkan, maka maafkanlah aku.” (HR Ahmad, Ibnu Majah & Tirmidzi, di-shahih-kan oleh Albani dlm Al-Misykah, I/473 no. 2091)

Subhanalloh, Maha Murah Alloh menebar kasih sayangnya di Bumi. Semoga Alloh mengaruniakan keberkahan untuk semua hamba-Nya yang beriman baik yang mendapat Lailatul Qodar maupun belum mendapatkannya... Amiin ya Alloh...
sumber: al-ikhwan.net

Fiqh I'tikaf

Oleh: Aba AbduLLAAH

فِقْهُ الإِعْتِكَافِ
(FIKIH I’TIKAF)

مَعْنَاهُ (Definisinya) :
1. Secara bahasa (لُغَةً) : Berasal dari kata عَكِفَ-يَعْكُفُ-عُكُوْفًا (tetap pada sesuatu), sebagaimana dalam firman ALLAH SWT dalam surat Al-Hajj, 21:52
2. Secara Syari’at (شَرْعًا) : Yaitu menetap di masjid & tinggal di dalamnya dengan niat mendekatkan diri kepada ALLAH SWT  (لُزُوْمُ الْمَسْجِدِ وَالإِقَامَةِ فِيْهِ بِنِيَّةِ التَّقَرُّبِ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ)

مَشْرُوْعِيَّتُهُ (Dalil disyariatkannya) :
1. Al-Qur’an : 
QS Al-Baqarah 2:187 “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. ALLAH mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu ALLAH mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan ALLAH untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu Fajar. Lalu sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu ber-i’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan ALLAH, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah ALLAH menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.

2. As-Sunnah : 
Dari Aisyah ra : “Adalah nabi SAW melakukan i’tikaf pd 10 hari terakhir di bulan Ramadhan sampai beliau diwafatkan ALLAH SWT, lalu hal tersebut dilanjutkan oleh para istri beliau SAW setelah wafatnya.” (HR Bukhari, Fathul Bari’, Kitab I’tikaf, bab I’tikaf pd 10 hari terakhir & I’tikaf di masjid2, hadits no. 2026)

3. Ijma’ : 
Telah sepakat seluruh ummat atas disyariatkannya i’tikaf  (أَجْمَعَتِ الأُمَّةُ عَلىَ مَشْرُوْعِيَّةِ الإِعْتِكَافِ)

حُكْمُهُ (Kedudukan Hukumnya) :
1. WAJIB : Jika merupakan NADZAR, baik nadzar tersebut MUTHLAQ (lepas, tanpa syarat) maupun MASYRUTH (dengan syarat, misalnya jika saya dimudahkan urusan maka saya niat i’tikaf), berdasarkan hadits Ibnu Umar ra : “Umar bernadzar akan i‘tikaf pada zaman jahiliyyah di masjidil Haram. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya : Penuhilah nadzarmu!” (HR Bukhari, Fathul Bari’, Kitab I’tikaf, bab Apabila seorang bernadzar untuk i’tikaf di masa Jahiliyyah lalu ia masuk Islam, hadits no. 2043)

2. SUNNAH : Pada 10 hari di akhir Ramadhan (berdasarkan hadits Aisyah no. 2026 di atas) & di bulan-bulan lainnya selain Ramadhan (berdasarkan hadits Amrah binti AbduRRAHMAN dari Aisyah ra, Fathul Bari’, Kitab I’tikaf, bab I’tikaf di bulan Syawwal, hadits no. 2041)

زَمَانُهُ (Waktu memulai & mengakhirinya) :
1. Untuk yang wajib karena nadzar, maka waktunya sesuai dengan yang dinadzarkan (lihat hadits Ibnu Umar no. 2043 di atas).
2. Untuk yang sunnah di bulan Ramadhan, maka masuk masjid saat shalat Shubuh pada hari ke-20 bulan Ramadhan (berdasarkan hadits Amrah binti AbduRRAHMAN, hadits no. 2041 di atas) dan keluar saat akan shalat Ied (berdasarkan semua hadits2 tentang jumlah hari i’tikaf di atas).

أَرْكَانُهُ (Rukun-rukun I’tikaf) :
1. النِّيَّةُ (niat), berdasarkan firman ALLAH SWT Surat Al-Bayyinah, 98:5 dan hadits Umar ra : Semua amal dilihat dari niatnya (HR Bukhari, bab Permulaan Turunnya Wahyu, hadits no. 1)
2. مَكَانُهُ (tempat i’tikaf) : Di masjid (berdasarkan firman ALLAH SWT surat Al-Baqarah, 2:187), Imam Syafi’i lebih menyukai di masjid jami’ dan Imam Malik mensyaratkan harus di majid jami’, karena i’tikaf akan terputus jika orang tersebut keluar untuk shalat Jumat di masjid yang lain.

مَا يَسُنُّ لِلْمُعْتَكِفِ (Apa-apa yang dusunnahkan pada orang yang i’tikaf) :
1. Puasa (berdasarkan hadits-hadits di atas), pada selain bulan Ramadhan dibolehkan i’tikaf tanpa berpuasa (berdasarkan hadits Umar no. 2043 di atas)
2. Shalat malam, baik berjama’ah maupun sendiri-sendiri (berdasarkan hadits Abu Hurairah, Fathul Bari, Kitab Shalat Tarawih, bab Keutamaan orang yang melakukan Qiyam Ramadhan, hadits no. 2009)
3. Menanti lailatul qadar (berdasarkan hadits Abu Sa’id al-Khudri, Fathul Bari, Kitab I’tikaf, bab I’tikaf pada 10 hari akhir dan i’tikaf di masjid-hadits, hadits no. 2027)
4. Membaca al-Qur’an (berdasarkan firman ALLAH SWT surat Al-Baqarah, 2:185),
5. Berdzikir, membaca tasbih, tahmid, takbir, tahlil, shalawat, istighfar
(berdasarkan firman ALLAH SWT surat Al Baqarah, 2:185 ..wa li tukabbiruLLAAHa ‘ala ma hadakum..; dan Al-Ahzab, 33:41)
6. Berdoa (berdasarkan Firman ALLAH SWT surat Al-Baqarah, 2:186)

مَا يُبَاحُ لَهُ (Apa-apa yang dibolehkan bagi orang yang i’tikaf) :
1. Perbuatan-perbuatan yang mubah seperti mandi, berminyak wangi, mencukur rambut, berhias, disisir rambut oleh istri, mencuci rambut/keramas (Fathul Bari, Kitab I’tikaf, bab wanita haid menyisir rambut orang yang i’tikaf, hadits no. 2028-2030)
2. Boleh bercakap-cakap dengan orang lain, berduaan dengan istri, ataupun karena ada keperluan keluar ke pintu mesjid atau kerumahnya, kemudian kembali lagi (berdasarkan hadits Shafiyyah ra, Fathul Bari, Kitab I’tikaf, bab Apakah orang yang I’tikaf boleh keluar untuk keperluannya ke pintu masjid? Hadits no. 2035 & no. 2038)
3. Boleh wanita yang sedang istihadhah (mengeluarkan darah bukan karena haid) ikut i’tikaf (berdasarkan hadits Aisyah ra, Fathul Bari’, Kitab I’tikaf, bab I’tikaf bagi wanita yg Mustahadhah, hadits no. 2037)
4. Boleh orang yang i’tikaf membatalkan i’tikafnya karena sesuatu hal yang penting (Fathul Bari’, Kitab I’tikaf, Bab Orang yg I’tikaf lalu tampak baginya keinginan untk keluar dari i’tikaf, hadits no. 2045)
5. Boleh orang yang i’tikaf membawa barang-barang yang diperlukan, seperti alas tidur ke dalam masjid (Fathul Bari’, Kitab I’tikaf, Bab Orang yang keluar dari i’tikafnya di waktu shubuh, hadits no. 2040)
6. Boleh orang ber-i’tikaf di malam harinya saja atau di siang harinya saja, jika tidak mampu sempurna (Fathul Bari’, Kitab I’tikaf, Bab I’tikaf di Malam Hari, hadits no. 2032; juga Bab Orang yang Keluar dari I’tikaf-nya di Waktu Shubuh, hadits no. 2040)

مَا يُحْرَمُ لَهُ (Apa-apa yang dilarang bagi yag i’tikaf) :
1. Keluar dari Masjid tanpa uzur (Fathul Bari, Kitab I’tikaf, bab Tidak boleh masuk rumah kecuali untuk suatu keperluan, hadits no. 2029)
2. Haidh dan Nifas (Fathul Bari, Kitab I’tikaf, bab wanita haid menyisir rambut orang yang i’tikaf, hadits no. 2028; dan Bab Mencuci Orang yang I’tikaf, hadits no. 2031)
3. Berhubungan suami-istri di malam i’tikaf (Al-Baqarah, 2:186 …dan janganlah kamu campuri istrimu pada saat kamu sedang i’tikaf di masjid..

والله أعلم بالصواب

Semoga membantu orang - orang yang akan menunaikan ibadah i'tikaf. Jangan lupa niat yang ikhlas dan mempersiapkan diri dengan sebaik - baiknya... Saling mendo'akan ya... :)
 #Selamat menikmati hari - hari terakhir Ramadhan....

 diambil dari situs al-ikhwan.net

Selasa, 16 Agustus 2011

Aku Tak Takut Bermimpi



Dua hari yang kulalui penuh kegalauan, tapi life must go on..
Aku merasa mimpiku semakin dekat meskipun aku harus menunda kelulusan bulan November esok hingga bulan Februari. Tetapi, semoga inilah jalan yang tercepat untuk menggapai mimpi - mimpi yang selama ini aku acuhkan. Ah, apalah diriku ini tak berani menegakkan tangan ke langit untuk meraihnya. Tapi, semua itu aku tepis dan aku mulai membangun power lagi dari awal. Entahlah, modalku hanya satu,
"Orang - orang yang berjihad di jalan Kami sungguh akan Kami tunjukkan jalan - jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh menyertai orang - orang yang berbuat kebaikan" (Qs. Al Ankabut: 69)
Insya Alloh Dia akan menunjukkan jalan-Nya dengan cara-Nya dan aku akan mengalir mengikuti apa yang dibisikkan oleh hati dan simpul - simpul syaraf otakku. Menjumput kembali mimpi yang telah tercecer, menggali lagi mimpi yang terpendam meski sudah tertimbun terlalu dalam. Semakin tinggi keyakinan kita pada Alloh dan penghargaan terhadap diri sendiri, maka harusnya semakin berani kita menambah mimpi - mimpi yang lain. It's so simple, yakinlah meraih mimpi itu sangatlah sederhana. Kita hanya membutuhkan hard work and smart work, and you will can take all of that you want. Yes, I can you can, I will and you will.. :)

Ketika ikhtiar sudah dilakukan dengan usaha terbaik, maka tinggallah banyak berdo'a dan meminta do'a dari orang banyak. Selama do'a masih digratiskan oleh Alloh dan do'a itu pasti akan dikabulkan, inilah saatnya tawakkal pada Alloh dengan benar - benar penuh memasrahkan hasilnya. Kalaupun ternyata Alloh memandang mimpi kita bukan yang terbaik untuk kita, maka sungguh apa yang telah kita lakukan bukan hal yang sia - sia. Orang lain sudah mencapai Antares, maka sudah bukan saatnya lagi untuk tidur lama dan hanya membuai mimpi dalam mimpi. Our dreams will come true... :')

Alloh telah menunjukkan jalan-Nya dan sekarang saatnya tanganmu menyelesaikan semua, kakimu melangkah mendekatinya, pikiranmu terus berpikir, hatimu ikhlas untuk semua. Inilah keharmonian kerja yang akan membuahkan hasil yang insya Alloh penuh dengan ridha-Nya. Bukan menjanjikan tetapi mengingatkan janji Alloh... :)

Oh my mother, my father, my brothers n sister, di sana kalian tak henti - hentinya berdo'a untukku meskipun aku akan meraihnya dengan sedikit terlambat tetapi kalian bersabar atasku. Hiks, pengen pulang..... Aku bersyukur Alloh memberiku banyak teman meski aku belum pernah bisa memberi hak - hak mereka, tetapi aku yakin mereka terus melafazkan do'a - do'anya untukku. Untuk orang - orang yang seperti bintang di langit, yang aku tidak pernah tahu siapa itu yang sangat cantik karena do'a yang terus dipanjatkan pada Alloh untukku, berjuta terima kasih aku haturkan dan semoga aku pun ikut membalasnya lewat do'a. My Alloh, syukur atas segala yang telah Engkau beri untukku, aku yakin dengan yang telah Engkau berikan padaku tidak akan membuatku lemah.

Aku terlalu malu jika aku tidak yakin akan karunia-Mu. Aku bukanlah seorang balita lima tahun yang terkena kanker darah dan tetap tegar dengan sakitnya. "Mama, kenapa sedih? Alloh sangat sayang padaku jadi aku akan diambil lagi sama Alloh...". Dia tidak berkesempatan hidup hingga dewasa dan mengukir sejarah hidupnya dengan mimpi - mimpi yang terealisasi. Ya, aku bukan adik itu, aku punya lebih umur, aku masih bisa berpikir, aku masih bisa beraktivitas dengan normal, tetapi aku selalu berharap kesembuhan pada-Nya... :))) Alloh, aku rindu ingin berjumpa dengan-Mu meski aku sangat malu belum ada ibadah yang khusyuk kuhaturkan untuk-Mu..

Dan aku memiliki mimpi di bulan Ramadhan ini :) Follow my dream..

sumber: hikmah yang diselipkan Alloh dalam hidupku
#hanya seorang biasa yang berani bermimpi dan akan merealisasikan mimpinya#
sambil dengerin "Meraih Sukses n Optimis Sajalah" :D
Aku mengikuti apa yang dikasih ke Alloh 31 Agustus 2011 :)

Sabtu, 13 Agustus 2011

Kamu Itu Unik..

Sebel 'n kesel ga sih klo kita tu direndahin orang lain? Tetapi, mereka seringkali adalah orang yang ngasih power paling besar ke kita untuk mencapai apa yang ingin kita raih. So that, harusnya orang yang paling pertama harus kita kasih ucapan terima kasih adalah 'orang tersebut' karena dia udah capek - capek melecut kita sekeras - kerasnya untuk bergerak, mencari - cari kekurangan kita dan berani mengatakan evaluasinya ke kita. But, sebenernya di sini aq ga akan membahas orang - orang yang seringkali baik secara sadar ataupun tidak menancapkan paku di hati [halaaah...] :D

Sebenarnya yang ingin aku share di sini adalah kepercayaan diri kita terhadap potensi atau bakat kita masing - masing. Seburuk - buruknya kita, sedikit - dikitnya prestasi kita atau bahkan ga' pernah yang namanya nyandang gelar prestasi, kita masih punya potensi untuk menjadi luar biasa. Yang perlu dilakuin hanya mengexplore diri biar kita tahu kemampuan kita itu dimana. Alloh ga' bakal ngasih kita kosong dalam diri dan kita dibiarin aja hidup di dunia ini. Klo gtu caranya darimana kita nanti bisa pergi Haji? [lhoooh..]. Maksudq tadi, darimana kita bisa beli makan? :)

Klo kamu terus - terusan ngerendahin diri, jangan harap ada orang yang kasih spirit positif. Adanya mah dikasih spirit negatif, baca: sindiran - sindiran nylekit. Ga' mau kan kita direndahin? Jadi, salah juga klo kita nyalahin orang yang suka ngasih wejangan yang menyakitkan hati karena memang kita menunjukkan kapasitas yang masih rendah.

Buat yang suka nyakitin orang lain [lhoooh..], tolong dong hargain orang sedikit. Iya sih kita tahu kamu punya potensi yang lebih dari pada orang lain. Tapi, itu karunia Alloh juga gan, jadi bukan milikmu semata. Bahkan karunia Alloh yang dititipin ke kamu itu sebenernya diwajibkan sama Alloh untuk dibagi - bagi (disharekan) dengan sodaramu yang masih kurang. Lagian juga, ngapain kamu ngasih wejangan yang menyakitkan? Kan tu jadi nambah dosa klo dia-nya sakit hati.. Nah loh... Sekali lagi masih nyakitin orang lain berarti itu sama saja ngerendahin ciptaan Alloh. Jangan marah juga dong klo orang bilang kamu sombong.. Kasian tuh yang disindir nangis di pojokan... :) So, lembutkan hati kita....

Sebenernya yang harus kita pahami bersama adalah setiap pribadi itu unik. Aku, kamu, dia, semua orang punya keunikan masing - masing. Yakin deh ga ada yang sama persis. Nah, inilah kuasa Alloh, kita dicipta untuk saling berbagi dan menghargai. Setiap pribadi itu unik, dan kamu pun juga unik... Sekarang yakin? :)
explore your talent..


#di pagi Ramadhan mengharap kasih sayang Alloh
"Boleh jadi apa yang kamu kira itu baik bagimu belum tentu baik bagi Alloh. Dan boleh jadi apa yang menurutmu itu buruk belum tentu itu buruk menurut Alloh"
Sabarlah karena semua telah diatur oleh-Nya dengan timbangan yang terbaik untuk hamba - hambaNya..
*belajarbersyukurmeskimasihseringmengeluh :)

Jumat, 12 Agustus 2011

Jangan Pernah Redupkan Sinarnya

Karena ia begitu bermakna dalam kehidupan hati. Ia selalu menyinari selayaknya cahaya matahari yang menyinari alam semesta sepanjang masa -yang telah ditetapkan Alloh lamanya-. Kamu tidak ada hak untuk mematikannya. Alih - alih mematikan, meredupkannya pun tak boleh... Ia sempurna milik Alloh dan semua atas kehendak Alloh. Hanya saja kadang kala kita menjadi misykat yang meneduhkan pancarannya. Dan kita merelakan diri menjaganya, menjadi misykatnya, dan bahkan menambah bahan bakar untuk ikut membuatnya lebih bersinar. 

Jangan pernah redupkan sinarnya, karena aku membutuhkannya. Kehidupanku terlalu kelam untuk tidak kau sinari. Kehidupanku terlalu manja jika tidak kau terangi dengan makna hidup mandiri dan bahkan ketidaksempurnaanku adalah cahaya yang paling terkasih dari Sang Maha Pencipta. Cahaya itu dikaruniakan agar kita menjadi master of syukur. Jangan pernah redupkan sinar cahayaku, tapi tambahlah terangnya agar aku mampu melihat jalan yang terlalu berbahaya karena kerikil - kerikil dan kelakar - kelakarnya yang sangat tajam.

Ia membuatku tidak tertatih lagi meski kadang waktu istirahatku terlalu lama dan melupakan kebaikan lain yang harusnya aku tunaikan. Ia menuntunku menuju impian besar di sisi Alloh nanti. Ia menyumbangkan energi terbesar dalam setiap rapuhku, menjadi penerang yang terlalu kuat yang kadang - kadang membuat mataku sangat sakit saat aku melakukan hal yang sia - sia dan bahkan berdosa. Tapi, inilah aku yang masih membutuhkannya dan tak mau engkau redupkan. Karena aku bukan bidadari yang terlalu cantik dan terlalu mulia dibandingkan dengan seorang biasa yang ingin menjadi luar biasa.

Kamis, 11 Agustus 2011

Membangun Soliditas Kader Guna Mempersiapkan Kemenangan Strategi Dakwah

Qs. Al Anfal: 60-66
Bermula dari ayat tersebut, aku terinspirasi saat mempersiapkan materi suatu malam
Kali ini tulisan aku agak berbobot, semoga.. hehe...



Kita pasti sudah mafhum tentang dakwah, jundi, qiyadah dan segala hal yang membangunnya. Kalau boleh saya definisikan secara sederhana, dakwah adalah bangunan orang2 yang menyeru kepada kebenaran. Bangunan tersebut akan kokoh jika batu bata dan semennya berkualitas tinggi. Batu batanya kuat  yang terbuat dari tanah liat yang berkualitas dan pengeratnya pun sangat kuat. Sehingga, utk mencapainya kita butuh dua hal yang kuat, yaitu batu bata sebagai pribadi2 kita dan pengerat atau semennya yang saya anggap di sini adalah soliditas, amal jama’i, qiyadah wal jundiyah dll. 


Pertama, kita butuh batu bata yg kokoh, sehingga akhirnya kita pun membutuhkan kualitas dan kapasitas pribadi - pribadi yang baik juga. Kebaikan kualitas dan kapasitas kita terlihat pada jihad kita atau amalan2 kita yg  merujuk pada delapan arkanul bai'ah dalam jama’ah, diantaranya kefahaman, jihad yang ikhlas, tadhiyah (pengorbanan) kita, tha’ah (ketaatan) kita, tsabat (kekokohan) kita, tajarrud (kesungguhan) kita, al-ukhuwah (persaudaraan) kita, dan tsiqah (kekokohan) kita. Namun, seringkali kita mengalami maju - mundur dan naik - turun baik dalam semangat mapun amalan - amalan dakwah. Bukankah Alloh terus menyemangati kita lewat Al-Fath: 28? Mungkin kita memang jarang membukanya..
“ Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (Q.S. Al-Fath: 28).