Sabtu, 03 November 2012

Jalan Ketegaran Seorang Amatullah

Jadi ingat keluarga mulia yang dispesialkan oleh Alloh dalam kitab suci Alqur'an. Subhanallooh... Isinya pun luar biasa...

Saya akan mengutip satu ayat yang ada dalam surat Ali Imran, yaitu pada ayat 147.

Sore itu hari kedua (agak lupa) Syawal tahun ini, sepulang silaturrahim ke sodara2, Ibuk ngajak, "ning pasar yuk nduk. Dolan tempat e Bu Sholihah (lupa namanya)". "Nggih Buk, ta siap2 riyin". Saya berpikir, kenapa harus silaturrahim dengan Ibuk yang tinggal di pasar itu. Ibunya sebenarnya sudah tua, lebih tepat dipanggil eyang atau simbah mungkin, tetapi orang-orang memanggilnya masih "Bu", mungkin karena beliau terhormat di kalangan masyarakat pikirku.

"Buk, lha nopo tho kog ndadak dolan tempat Bu Sholihah?" tanya saya. "Njaluk ngapuro (minta maaf) karo do'a pengestu nduk" jawab Ibuk. "Ooo..." bibirku bulat tanda paham.

Sepanjang perjalanan kami bercerita, jalan kaki saja karena rumah dekat sekali dengan pasar. "Bu Sholihah tinggal piyambak (sendiri) po Buk ten peken (pasar)?". "Iyo" jawab Ibu singkat. "Lha anaknya?" tanya saya. "Ga punya anak" jawab Ibuk singkat lagi. "Lha suaminya?" tanyaku semakin penasaran. "Ga punya suami, ning pasar wis suwe tapi pindah deket tokone Ibu lagi wae" jelas Ibuk. Masya Alloh... Tinggal sendirian, di tengah pasar, belum punya suami, belum pernah menimang anak. Saya hanya bernapas panjang...

Setelah muter2 mengintari pasar karena semua pintu pasar ditutup, akhirnya pergi ke warung tetangga dan bisa masuk. Sesampai di gubuk kecil itu, ternyata Bu Sholihah tidak ada di rumah. "Yaah Buk, capeek... Ga ada di rumah lagi" keluh saya. "Lha iyo tho nduk, golek dalan wae susah eram kog tibake ga enek ning ngomah (Lha iya tho nduk, nyari jalan aja susah bener ternyata malah ga ada di rumah)" kata Ibuk sambil ketawa menyabarkan hati saya.

"Ditunggu nopo bablas ten nggene mas eko (kakak laki-laki pertamaku)?" tanya saya lagi. "Lha iyo tho, yo wis yuk ning nggone Yanto (panggilan lain nama kakak saya) wae, paling lagi mulang ngaji ning Karanganom, mengko bar ko nggone Yanto wae bali mrene meneh" kata Ibu.

Waktu kami jalan, ternyata berpapasan dengan Bu Sholihah yang berjalan pelan, benar ternyata beliau pulang dari ngajar ngaji. Beliau dari dahulu pekerjaannya adalah mengajar ngaji, sebenarnya beliau ikhlas tetapi orang-orang memberikan jasa pengajaran tersebut dan itulah penghasilan yang diperolehnya. Seingat saya beliau dulu juga pernah jualan bumbu-bumbu.

Setelah pulang dari rumah mas saya karena ternyata juga kosong masih lebaran muter-muter, kami balik lagi ke pasar. Sampai di pasar tempat bu Sholihah, ternyata beliau juga baru saja sampai. Setelah duduk, saya dan Ibuk sungkem, setiap kali sungkem dibalas dengan penggalan ayat pendek, ya Qs. Ali Imran: 147. Do'a itu diajarkan kepada saya dan beliau meminta untuk rutin membacanya, insya Alloh akan mendapat ketenangan dan penjagaan dari Alloh.

"Robbanaghfirlanaa dzunubana, wa ishrofana fii amrina, wa tsabbit aqdamana, wanshurna 'alal qoumil kaafiriin..."
"Ya Alloh, duh Gusti kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan (dalam) urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum kafir" -Ali Imran: 147-

Subhanalloh, setelah tahu maknanya saya langsung jatuh hati. Itulah do'a yang kalau saya tidak salah dibaca oleh kaum muslimin saat perang Badr, meminta perlindungan dan keteguhan hati (tegar) saat menghadapi musuh yang jumlahnya lebih besar dan di luar nalar. Mereka takut gentar, mereka penuh cemas dan bermohon ampun dari Alloh serta meminta pertolongan dan keistiqomahan.

Satu baris do'a yang mungkin sering kita dengar. Itulah ayat yang membuat Bu Sholihah tegar menghadapi kehidupan, dalam kesendirian beliau merasakan kebersamaan yang begitu dekat dengan Alloh. Dalam kesempitan, Alloh selalu memberi dan mencukupkan rezeki karena keikhlasan hatinya.

Semoga kita terutama saya mampu mencontoh beliau dan mwngamalkan selalu do'a tersebut, sehingga Alloh mau dan berkenan memberikan hidayah dan keistiqomahan untuk kita semua. Apa gunanya hidup jika tanpa hidayah, memiliki keluarga dan dunia tetapi lupa akan Alloh, semua terasa menjadi sempit. Saat kita telah berikrar kepada-Nya, maka biarlah urusan kita Dia yang mengaturnya.

Untuk semua wanita yang belum pernah menikah di dunia, tegarlah menjadi wanita yang sholihah untuk Alloh. Saya hanya bisa membayangkan sedikit dari perasaan pahit yang pernah engkau rasakan. Untuk semua orang yang sudah berkeluarga, jangan kau tambah pedih hatinya dengan pernyataan dan pertanyaan yang tiada berguna. Jika tidak bertemu di dunia, maka Alloh akan pertemukan di surga dengan laki-laki suci pilihan Alloh. Karena engkau terlalu mulia, sampai-sampai Alloh merasa ukuran pasangan hidup kalian tidak ada di dunia. Allohu a'lam. Semoga Alloh memberkahimu wahai wanita-wanita tegar.. Amin...
:-):-)

Semoga kalian diberikan gelar Mumtazah oleh Alloh di hari akhirat nanti. Amin...ya Alloh ya Robbi...

posted from Bloggeroid

Tidak ada komentar: