Minggu, 21 Oktober 2012

Pesan Mendewasa

Subuh yang sejuk menyergap sejenak pagi ini, mengiringi hati semakin menuju ketenangan, menghangatkan semangat untuk melakukan yang terbaik hari ini. Usai berdiskusi dengan rekan segrup untuk presentasi sore nanti, dia sekilas hanya berkata 'hari ini aku akan nyari tiket pulang ke (stasiun) Tugu". Pikiranku terbang melintas hingga sampai di kota kecil yang tentram, sebuah rumah yang separuh jadi dan sederhana. Bapak dan Ibu' ada di sana, menanti-nanti kapan anak putrinya pulang, berharap anak gadisnya berhasil di masa yang akan datang. Menghela nafas panjang dan mendesah...

Malam itu Ibu' mencari-cari dimana anaknya pergi, seperti anak kecil yang ketakutan mencari Ibunya untuk diajak tidur menemaninya. Mungkin itulah gambaran bagi anak-anak perantau ketika pulang. Hilang suara dan sosoknya pun akan dicari kemanapun seolah tak mau kehilangan lagi dalam beberapa waktu sebelum anaknya pergi ke perantauan. Aku lebih senang 'ngumpet' biar orang tua kebingungan, biasanya di atas atap yang belum jadi untuk melihat gemintangnya malam, sejenak melambungkan asa dalam do'a, dan memandang langit seraya berkata pelan "ya Alloh indahnya...". Tapi, rupanya tempat persembunyianku itu mudah ditemukan dan mereka akan menyusul setelah memanggil-manggil namaku. Aku diam dan mendiamkan.. :D

Kadang aku berpikir.. Aahhh apa spesialnya aku, kerja pun belum untuk memenuhi keinginan mereka, kuliah pun hasilnya belum maksimal. Tapi, mereka selalu memandang bahwa akulah anak yang selalu mereka banggakan, dan itu berlaku untuk semua kelima anaknya. Mengingatnya akan membuat tenggorokanku tercekat, sedikit merasa sesak, dan mata mulai berkaca-kaca menjebol tanggul kantung airnya. Ternyata benar 'anak adalah permata ayah dan bunda', gumam batinku.

Wanita yang semakin beranjak tua itu (dan aku tidak suka mengingat bahwa ia semakin tua) menghampiri, mengajak turun dan pergi ke dalam. Angin malam kutinggalkan dan beranjak menuju peraduan menuju mimpi-mimpi yang telah menanti sang tuannya. Sebelum tidur, dia menyempatkan berdongeng kisah nyata, menyampaikan pesan yang mendewasa untuk anak gadisnya.

Sebelumnya aku akan sedikit bercerita kota kecil asalku. Aku asli Jawa, tepatnya Surakarta, yang terkenal dengan wanita halus dan berjalan seperti 'macan luwe' (macan lapar, yang artinya pelan dan gemulai), tapi kenyataannya tidak dengan diriku. Jika kamu pergi ke kota Solo, teruslah menuju arah timur hingga menemukan gapura "Selamat Datang di Kota Karanganyar", tepatnya di sebelah timur kali Bengawan Solo. Orang-orang yang berasal dari Solo  biasa disebut orang desa, jadi kalau orang yang berasal dari sekitarnya Solo itu dianggap lebih desa. ^^ Intinya, yang akan diceritakan adalah kebiasaan orang desa.. :)

Nah, kembali ke pesan Ibu' yang mendewasa, dia akan bercerita tentang seorang desa yang sudah lama meninggalkan dunia ini, pada saat dia masih hidup di zaman dulu saat masih bertebaran orang-orang berambut pirang. Ya, Ibu'nya Ibu, atau gampangnya simbah putri. Katanya, "Wanita zaman dulu, Simbah, kalau bangun sekitar jam tiga pagi sebelum subuh. Bangun langsung menuju cermin, menyisir rambut panjangnya, mencuci muka dan berwudhu kemudian menyapu sambil menanti sholat subuh. Wanita itu sangat suka dengan cermin. Tepat saat adzan terdengar, halaman sudah bersih tanda orang-orang akan berbondong-bondong pergi ke masjid dan melakukan aktivitas rutinnya". Dia berhenti sejenak..

"Jika kamu nanti akan berumah tangga, ingatlah rumah tangga itu akan banyak sekali hal-hal yang tidak kamu ketahui, cek-cok itu sudah biasa. Seorang wanita itu harus nurut dan taat pada suaminya, seorang anak juga harus patuh pada orang tuanya, kalau mereka melawan itu namanya 'olo' (baca: ga baik/tidak pantas dan akan mendapat balasannya nanti). Ketika suamimu datang terlambat dan tidak mengabari, tetaplah bersabar dan berpikirlah positif karena mungkin dia sedang sibuk dengan pekerjaannya di kantor. Ketika kamu mengalami guncangan rumah tangga yang luar biasa, ingatlah anak-anakmu dan terus rangkul mereka dalam dekapanmu.. Anak-anaklah yang menjadi prioritasmu dan buatlah dia tenang di sisimu" katanya dengan penuh makna.

Ya Alloh, inilah sosok tegar seorang wanita, pesan yang begitu mendewasa, mengingatkan aku lagi di pagi ini. Betapa seorang wanita itu sangat berarti, kadang menjadi lebih kuat daripada seorang laki-laki. Ya Alloh kuatkan dan tetapkan aku di jalan-Mu, berkahilah mereka (orang-orang yang tercinta)...


*4th room, Nabila house, 06.58
Kembali melanjutkan jasa laundry pribadi (hehe)

Tidak ada komentar: