Senin, 26 Desember 2011

Menjumput Titik Bening Niat Dalam Hati

"Barangsiapa mencari Alloh, maka ia akan mendapatkan kekhusyu'an. Barangsiapa mengejar kekhusyu'an, maka ia akan kehilangan Alloh"

Ungkapan tersebut boleh jadi membuat kita terdiam seketika, menyelami ibadah - ibadah yang telah lalu, bertanya - tanya untuk dan karena apakah aku beribadah. Ungkapan itu lebih membuka mata kita tentang hakikat niat. "Innamal a'malu binniyat fa amma likumri immanawa..." Segala sesuatu tergantung niat dan setiap orang mendapatkan apa yang diniatkan. Siapa yang berhijrah karena Alloh dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Alloh dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa berhijrah karena dunia dan wanita (seseorang) yang diinginkannya, maka dia akan mendapatkan apa yang ia inginkan.

Jika kita melihat hadits di atas, ada dua perbedaan yang sangat mencolok antara niat yang baik dan yang buruk karena urusan duniawi semata. Setelahnya, kita paham apa yang akan kita dapatkan sebagai dampak dari niatan di dasar hati kita. Tapi, bagaimana dengan niat yang baik bahkan terbilang sangat baik, tetapi... bukan karena Alloh? Itulah yang disampaikan pada kalimat pembuka di atas. Siapa yang menolak bahwa khusyu' merupakan niatan yang baik? Khusyu' adalah salah satu syarat diterimanya shalat atau ibadah, jadi selain baik ternyata khusyu' merupakan syarat yang bisa kita prioritaskan untuk diterimanya amalan. Lalu....

Jika khusyu' menjadi niatan, ternyata dampaknya tidak terlalu baik pula. 'Barangsiapa yang mengejar kekhusyu'an maka ia akan kehilangan Alloh'. Artinya niat itu benar - benar berada pada tingkatan pertama prioritas sebuah amal. Niat karena Alloh adalah syarat utama diterimanya amalan ibadah, sedangkan syarat kedua adalah sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Jika Alloh telah menguasai hati kita hingga dasarnya, maka keridhaan Alloh terhadap kita akan mengalahkan segala keburukan termasuk terbelenggunya nafsu. Namun, niat yang bukan karena Alloh baik yang buruk maupun yang baik akan membuat kita kehilangan Alloh dalam segala hal.

Contoh niat yang buruk sudah sering kita dengar dan pelajari secara gamblang, sedangkan niat yang baik tetapi tidak benar atau tidak tepat itu yang sering meleset dari kehati - hatian kita. Bagaimana jika ada seseorang yang sedekah dengan niat mendapatkan surga, atau bahkan seseorang yang hendak shalat dengan mengejar kekhusyu'an? Jika bersedekah karena surga, Rasulullaah telah menggolongkannya sebagai ahli ibadah pada tingkatan pedagang, yaitu beribadah karena takut rugi (neraka) dan menginginkan keuntungan sebesar - besarnya (surga).

Khusyu' biasa kita singgung dalam ibadah shalat dan menjadi kajian yang sangat mendalam saat belajar fiqh shalat. Khusyu' selalu menjadi pertanyaan pertama yang diajukan oleh jama'ah kepada ustadz atau ustadzah yang sedang menyampaikan materi tersebut. Bagaimana bisa khusyu' shalat, minimal satu raka'at saja mendapatkan khusyu' tidaklah menuntut khusyu' dari awal sampai akhir, apalagi saat kita sedang ada masalah rasanya pikiran terpenuhi dengan masalah - masalah itu padahal Alloh telah menjanjikan ketenangan hati dalam shalat? Ini barangkali menjadi pertanyaan yang rumit untuk dijawab dan dipahamkan.

Khusyu' itu tidak datang dari diri sendiri, tetapi butuh Alloh di sana. Karena Alloh-lah yang menguasai hati, yang Maha membolak - balikkan hati. Berarti? Ya, khusyu' butuh campur tangan Alloh lewat do'a dan niat kita. Saat ibadah kita benar - benar bersih dari segala sesuatu kecuali Alloh dan Alloh ridha dengan ibadah kita, maka kekhusyu'an menjadi hal yang mudah untuk kita dapatkan. Tetapi, jika dari awal kita memaksakan diri beribadah harus khusyu' dan kita kadang lupa berniat karena Alloh, maka ridha Alloh akan menjauh dan sudah pasti kita kehilangan Alloh.

Kita umpamakan saat shalat didirikan bermula dengan mengejar kekhusyu'an, bisa dijamin shalat kita malah tidak khusyu'. Saat kita mendengar suara sesuatu tersampar dan terdengar pecahan gelas, hati kita akan berbisik "gelas sedang jatuh tapi aku ga boleh terpengaruh, aku harus khusyu' ". Saat itulah kita kehilangan Alloh. Lain halnya ketika shalat kita karena Alloh, khusyu' akan mengikuti seperti shalatnya Rasulullaah. Saat mendengar tangisan bayi, beliau tidak lantas melanjutkan shalatnya tanpa mempedulikan, tetapi keselarasan beliau menggendong dan meneruskan shalat itulah kekhusyu'an. Saat kedua cucunya naik kuda - kuda di atas punggungnya, itupun tidak mengurangi kekhusyu'an, tetapi itulah kesempatan berlama - lama sujud di hadapan Alloh.

Inilah kekhusyu'an, membutuhkan bantuan Alloh dan hanya didapatkan ketika niat kita murni karena Alloh bukan untuk mengejar kekhusyu'an. Surga bukan menjadi niatan amal kita, tetapi surga menjadi motivasi kita dalam beramal. Neraka menjadi ancaman bagi kita untuk berhati - hati dalam melangkah karena taqwa adalah sebuah tindakan kehati - hatian dan Umar ra berkata, "Taqwa itu adalah kehati - hatian seperti engkau berjalan di atas jalanan yang penuh dengan duri". Semua takluk dengan niat karena Alloh, semua yang diinginkan dalam hati datang saat kita merajakan Alloh, dan semua ibadah akan terasa ringan karena Alloh memudahkannya ataas kita. Insya Alloh....

Alloh telah memudahkan semua ibadah untuk manusia, jika kita sedang berat hati melaksanakannya maka bersegeralah kita meluruskan niat dan bermohon kepada Alloh. Shalat lima waktu telah dikehendaki Alloh selaras dengan aktivitas manusia. Saat sebelum memulai aktivitas kita diminta mengingatnya dan membangun niat karena Alloh. Saat kita sedang dalam kondisi capek fisik di tengah hari, maka Alloh meminta kita menyegarkan kembali fisik, pikiran dan hati dengan mengingatNya, meluruskan kembali niat yang sering kali telah berbelok dari arah mulanya. Saat selesai bekerja di sore hari, Alloh ingin kita bersyukur atas aktivitas yang dilakukan tiap harinya dan lagi - lagi meluruskan niat. Saat senja menjadi waktu yang melenakan manusia, Alloh meminta kita menjadi waktu yang tetap produktif dan tetap ingat pada-Nya. Saat kita akan beristirahat di malam hari, Ia inginkan kita mengevaluasi segala yang telah dilakukan hari itu dengan mengingat-Nya dan mengingat kembali niat - niat yang bengkok untuk diluruskan selurus - lurusnya agar kita mampu bersyukur penuh atas nikmat yang telah diberikan-Nya dalam satu hari...

Jika niat yang baik saja menghancurkan amal, bagaimana dengan niat yang buruk? Semoga Alloh berkenan memberikan keistiqamahan ibadah dan mengingatkan kita di setiap waktu - waktu yang terlupakan... Inilah hamba yang terlalu banyak dosa... Ya Alloh, tunjukilah kami titik bening niat dalam hati dan berikan keridhaan-Mu di setiap langkah kecilku...


23:44 belum mampu memejamkan mata
Sungguh nikmat tenggorokan itu sangat luar biasa, saat terasa digelitikin maka batuk seolah tak mau dihentikan.. Ya Alloh, ajari aku bersyukur... :)
Pondok Nabila, room 4th

Tidak ada komentar: